21 Keunikan Jepang

Hay minna san, berikut ini adalah 21 keunikan jepang menurut pengamatan saya, kalau mungkin teman - teman menemukan keunikan lainya bisa di share disini, baiklah yuk kita simak bersama sama apa saja sih keunikannya........






1 . Di jepang, angka “4″ dan “9″ tidak disukai, sehingga sering tidak ada nomer kamar “4″ dan “9″. “4″ dibaca “shi” yang sama bunyinya dengan yang berarti “mati”, sedang “9″ dibaca “ku”, yang sama bunyinya dengan yang berarti “kurushii / sengsara .

2 . Orang jepang suka angka “8″. Harga-harga barang kebanyakan berakhiran “8″. Susu misalnya 198 yen. Tapi karena aturan sekarang ini mengharuskan harga barang yang dicantumkan sudah harus memasukkan pajak, jadi mungkin kebiasaan ini akan hilang. (pasar = yaoya = tulisan kanjinya berbunyi happyaku-ya atau toko 800).

3 . Kalau musim panas, drama di tv seringkali menampilkan hal-hal yang seram (hantu).

4 . Cara baca tulisan jepang ada dua style : Yang sama dengan buku berhuruf roman alphabet huruf dibaca dari atas ke bawah, dan yang kedua adalah dari kolom paling kanan ke arah kiri. Sehingga bagian depan dan belakang buku berlawanan dengan buku roman alphabet (halaman muka berada di “bagian belakang”).

5 . Tanda tangan di jepang hampir tidak pernah berlaku untuk keperluan formal, melainkan harus memakai hanko/inkan/ cap. Jadi satu orang kadang memiliki beberapa jenis inkan, untuk berbagai keperluan. Jitsu-in adalah inkan yang dipakai untuk keperluan yang sangat penting, seperti beli rumah, , dsb.

6 . Kalau kita membubuhkan tanda tangan, kadang akan ditanya orang jepang: Ini bacanya bagaimana ? Kalau di jepang saat diperlukan tanda tangan (misalnya di paspor, dsb.) umumnya menuliskan nama mereka dalam huruf kanji, sehingga bisa terbaca dengan jelas. Sedangkan kita biasanya membuat singkatan atau coretan sedemikian hingga tidak bisa ditiru/dibaca oleh orang lain.

7 . Acara tv di jepang didominasi oleh masak memasak.

8 . Fotocopy di jepang self-service, sedangkan di indonesia di-service.

9 . Jika naik taxi di jepang, pintu dibuka dan ditutup oleh supir. Penumpang dilarang membuka dan menutupnya sendiri.

10 . Pernah nggak melihat cara orang jepang menghitung “satu”, “dua”, “tiga”…. Dengan jari tangannya ? Kalau kalian perhatiin, ada perbedaan dengan kebiasaan orang indonesia. Orang indonesia umumnya mulai dari tangan dikepal dan saat menghitung “satu”, jari kelingking ditegakkan. Menghitung “dua”, jari manis ditegakkan, dst. Kalau orang jepang, setahu saya, kebalikannya. Mereka selalu mulai dari telapak tangan terbuka, dan cara menghitungnya kebalikan orang indonesia. Saat bilang “satu”, maka jarinya akan ditekuk/ditutupkan ke telapak tangan.

11 . Sepeda tidak boleh dipakai boncengan, kecuali yang memboncengkannya berusia lebih dari 16 tahun dan anak yang diboncengkan berusia kurang dari satu tahun dan hanya seorang saja yang diboncengkan. Bila dilanggar, dendanya maksimal 20 ribu yen.

12 . Kalo naik eskalator di tokyo, kita harus berdiri di sebelah kiri, karena sebelah kanan adalah untuk orang yang terburu-buru. Jangan sekali-kali berdiri di kiri kalo kita ga langsung naik.

13. Pacaran di Jepang sungguh hemat, traktir2an bukan budaya pacaran Jepang. Jadi selama belum jadi suami-istri, siapin duit buat bayar sendiri-sendiri.

14. Nganter jemput pacar juga bukan budaya orang Jepang. Kalo mau ketemuan, ya ketemuan di stasiun.

15. Jangan pernah sekali-kali bilang ke orang jepang : “Gue maen ke rumah lu ya”. Karena itu dianggap ga sopan. Ke rumahnya cuma kalo udah diijinin.

16. “Aishiteru” yang berarti aku cinta kamu, jarang dipake sama orang pacaran, kecuali kalo mereka bener-bener udah mau nikah. Biasanya mereka make “Daisuke desu” buat ngungkapin kalo mereka sayang sama pacarnya.

17. Sebelum bepergian, biasanya orang Jepang selalu ngecek ramalan cuaca. Dan 90% ramalan cuaca itu akurat. Itu sebabnya kalo ada orang bawa payung, pasti kita bakal liat orang yang lainnya lagi bawa payung juga. Dan perempatan Shibuya adalah tempat yang paling menarik ketika hujan, karena dari atas kita akan melihat lautan payung yang berwarna-warni.

18. Bunga sakura adalah bunga yang spesial di Jepang, karena bunganya hanya tumbuh 2 minggu selama setahun. Ketika tumbuh, bunganya memenuhi seluruh pohon, tanpa daun. Setelah 2 minggu, ga ada satupun bunga sakura, yang ada hanyalah daun-daun hijau, tanpa bunga, dan jadi ga menarik lagi.

19. Di Indonesia, kita bakal dapet duit kalo kita ngejual barang bekas kita ke toko jual-beli. Tapi di Jepang, kita malah harus bayar kalo mau naro barang kita di toko jual-beli. Itulah sebabnya kenapa orang Jepang lebih milih ninggalin TV bekas mereka gitu aja kalo mo pindah apartemen.

20. Di perempatan jalan Kyoto, perempatan jalan yang kecil, ga ada mobil sama sekali, tapi ada lampu merah, pejalan kaki selalu berhenti ketika lampu tanda pejalan kaki menunjukkan warna merah. Mereka santai aja, baca koran, ngobrol, ngerokok, dan kemudian jalan lagi ketika lampu sudah hijau. Padahal ga ada mobil yang lewat satupun. Mungkin kalo mereka ngelanggar peraturan juga ga akan celaka.

21. Mereka ga percaya Tuhan (mayoritas atheis), tapi mereka bisa disiplin dan taat sama peraturan. Mungkin karena itu negara mereka maju. Entahlah...


Teru Teru Bozu (Boneka Penangkal Hujan)

LEGENDA TERU TERU BOZU



  ternyata TERU TERU BOZU, seperti juga kepercayaan lainnya di dunia juga memiliki cerita di baliknya? Tapi ini cerita agak sedikit meleset dari perkiraan kita sebelumnya. Yuk kita simak...

 Teru Teru Bozu sudah digunakan sejak zaman dahulu kala di Jepang sebagai penangkal hujan. Teru teru bōzu (bahasa Jepang: 照る照る坊主、てるてる坊主) adalah boneka tradisional Jepang yang terbuat dari kertas atau kain putih yang digantung di tepi jendela dengan menggunakan benang. Dari segi bentuk dan pembuatannya, boneka tersebut mirip dengan boneka hantu seperti yang dibuat pada saat Halloween. Jimat ini diyakini memiliki kekuatan ajaib yang mampu mendatangkan cuaca cerah dan menghentikan atau mencegah hujan. Dalam bahasa Jepang, teru adalah kata kerja yang berarti "bersinar" atau "cerah", dan bōzu dapat berarti bhiksu, atau dalam bahasa pergaulan masa kini dapat berarti "kepala botak"; kata itu juga merupakan istilah akrab untuk menyebut bocah lelaki.
Teru teru bōzu menjadi populer selama zaman Edo di antara masyarakat urban, di mana anak-anak membuatnya untuk memohon cuaca baik sehari sebelumnya dan bernyanyi "pendeta cuaca baik, cerahkan cuaca esok hari."
Secara tradisonal, jika cuaca berubah cerah, mereka akan digambari mata (bandingkan dengan daruma), sesajen berupa sake suci (神酒) dituangkan pada mereka, kemudian dihanyutkan di sungai. Di masa kini, anak-anak membuat teru-teru-bōzu dari kertas tisu atau kapas dan benang lalu menggantungnya di jendela ketika mengharapkan hari yang cerah, seringkali sebelum hari piknik sekolah. Menggantungnya secara terbalik berarti memohon agar hujan turun.Bahkan satu lagu anak anak dibuat dan dinyanyikan saat membuat Teru Teru Bozu. Silahkan didengarkan lagunya...

 LAGU TERU TERU BOZU



Lirik dalam bahasa Jepang:
Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Itsuka no yume no sora no yō ni
Haretara kin no suzu ageyo

Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Watashi no negai wo kiita nara
Amai o-sake wo tanto nomasho

Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Sorete mo kumotte naitetara
Sonata no kubi wo chon to kiru zo


Lirik dalam bahasa Indonesia

Terjemahan:
Biksu biksu botak, biksu botak.
Buatlah esok hari menjadi cerah untukku
Seperti mimpiku pada suatu waktu
Jika cerah, kuberi kamu bel emas.

Biksu biksu botak, biksu botak.
Buatlah esok hari menjadi cerah untukku
Kabulkan keinginanku
Lalu kita minum sake

Biksu biksu botak, biksu botak.
Buatlah esok hari menjadi cerah untukku
Kalau mendung dan kamu nangis (baca: hujan)
Kan kupotong kepalamu.


LEGENDA DARI LAGU / LAGU DARI LEGENDA

Lagu diatas diciptakan oleh Kyoson Asahara pada tahun 1921. Lagu ini diciptakan dari legenda Teru Teru Bozu...



Sebuah desa di Jepang dilanda hujan sangat lebat yang turun terus menerus. Hujan itu mengganggu produksi pangan, sehingga sawah dan ladang menjadi tidak bisa ditanami. Tanaman yang sudah ditanam pun menjadi busuk karena terendam dan terlalu banyak air.

Seorang biksu menjanjikan jika dia bisa mengusir hujan itu, dan mengembalikan matahari kepada desa, yang memungkinkan petani untuk kembali bercocok tanam.

Namun hujan terus turun, dan penduduk desa menjadi marah. Penduduk desa mencari sang biksu, dan kemudian memotong lehernya.


Namanya juga legenda gan. Bisa betul bisa salah. Ada yang bilang cerita legenda Teru Teru Bozu sudah beredar sebelum diciptakan lagu yang mengiringinya. Sedangkan ada juga yang bilang, lagu itu menciptakan legenda tentang Teru Teru Bozu.


 

Legenda Tanabata

Tanabata atau Festival Bintang adalah salah satu perayaan yang berkaitan dengan musim panas di Jepang, Tiongkok, dan Korea. Hampir seluruh pelosok Jepang merayakan festival ini dan perayaan yang paling meriah dilselenggarakan di kota Sendai. Namun sayang, gempa dahsyat telah memorakporandakan kota ini di bulan Maret 2011 sehingga tentunya akan ada perubahan dalam perayaan kali ini.
Perayaan Tanabata mulai dikenal di Jepang sejak zaman Edo (1603-1867). Peristiwa alam di awal bulan Juli. saat bintang Altair dan Vega bertemu di langit setelah terpisahkan selama satu tahun mengilhami masyarakat kuno di Cina untuk menjadikannya legenda percintaan antara sepasang kekasih. Di Jepang, legenda ini dikenal sebagai kisah cinta Orihime dan Hikoboshi dan perayaan pertemuan mereka dikenal dengan nama Tanabata dan menjadi ritual masyarakat yang menikmati langit malam di musim panas.
  
Legenda Tanabata di Jepang mengisahkan bintang Vega yang merupakan bintang tercerah dalam rasi bintang Lyra sebagai Orihime, putri Dewa Langit yang pandai menenun. Bintang Altair yang berada di rasi bintang Aquila dikisahkan sebagai sebagai penggembala rajin bernama Hikoboshi . Walau awalnya tidak mendapat restu, kegigihan Hikoboshi untuk menikahi Orihime meluluhkan hati Dewa langit.
Sayang, setelah menjadi suami istri, pasangan ini lebih sering bersenang-senang dan bermalas-malasan sehingga Orihime tidak lagi menenun dan Hikoboshi tidak lagi menggembala. Dewa Langit yang murka memisahkan keduanya dengan Amanogawa (sungai Amano/galaksi Bima Sakti) di antara mereka. Pasangan ini hanya diizinkan bertemu setahun sekali di malam hari ke-7 bulan ke-7 setelah mereka bekerja keras selama setahun. Ketika mencoba untuk saling berjumpa ternyata sungai tanpa jembatan itu sulit dilalui sehingga Orihime menangis. Sekawanan burung kasasagi mendengar tangisan ini dan membentangkan sayap untuk membentuk jembatan. Namun, jika hari hujan, burung-burung itu tidak akan datang dan pasangan ini terpaksa menunggu hingga setahun ke depan.
Ada versi yang menceritakan agar hujan tidak turun pada tanggal tersebut, sejak semalam sebelumnya pasangan ini memohon kepada Dewa Bintang dengan menuliskan sajak-sajak harapan diatas secarik kertas warna warni yang disebut 'Tanzaku' untuk digantungkan di batang pohon bambu. Batang pohon bambu ini dipercaya akan tumbuh menjulang ke langit sehingga permohonan mereka pun akan terbaca oleh Dewa Bintang.

Selain cerita di atas, ternyata ada cerita versi lain lo. Tentunya kita sudah tidak asing dengan legenda Jaka Tarub yang mencuri selendang bidadari dan kemudian menikahi bidadari itu. Nah, cerita versi ke-2 mirip dengan ceritanya Jaka Tarub. Hanya saja ada tambahan di akhir. Yakni Hikoboshi (Jaka Tarub-nya Jepang) diminta membuat 1000 sandal dari jerami dan menanamnya di sekitar pohon bambu oleh sang bidadari Orihime saat Orihime kembali ke kahyangan setelah menemukan selendangnya.
Tiba – tiba pohon bambu itu bertambah besar dan tinggi dalam seketika. Pohon itu terus tumbuh tinggi hingga hampir menyentuh langit. Kengyu alias Hikoboshi tidak menyadari karena ia begitu ingin bertemu dengan Orihime, ia hanya membuat 999 sandal jerami. Kurang sedikit lagi saja, maka pohon itu bisa mencapai pintu gerbang kahyangan. Kengyu tidak bisa masuk, ia hanya bisa berteriak – teriak memanggil nama istrinya, “ Orihime…Orihimeee “.
Orihime akhirnya mendengar teriakan suaminya dan menarik suaminya naik ke kahyangan. Kengyu sangat bahagia bisa berjumpa dengan istrinya lagi, begitu juga dengan Orihime.
Sayangnya ayah Orihime tidak menyukai menantunya. Beliau tidak suka anaknya menikahi manusia biasa. Dengan harapan untuk dapat memisahkan anaknya dan Kengyu, ayah Orihime memberi Kengyu tugas yang berat. ” Jagalah ladang melon milik para dewa selama tiga hari dan tiga malam ” sabda ayah Orihime.  Orihime yang turut mendengar perintah ayahnya, diam – diam menemui Kengyu untuk memberi petunjuk. ” Ladang melon para dewa sangat luas dan matahari akan bersinar sangat terik. Kau akan menjadi sangat haus, meskipun begitu, jangan sekali – kali kau memakan buah melon para dewa tersebut. Sesuatu yang buruk akan terjadi pada kita jika kau memakan buah itu.” kata Orihime. Kengyu berjanji untuk mematuhi nasehat istrinya.
Pada hari ketiga, Kengyu tak kuasa menahan rasa lelah dan haus akibat panas matahari yang terus menerus bersinar. Ia mengambil sebuah melon dan membelahnya. Begitu melon itu terbelah, air mengucur deras dari dalam melon itu dan membentuk sebuah sungai yang mengalir deras. Lalu muncul sebuah kekuatan tak terlihat yang menarik Kengyu dan mengembalikannya lagi ke bumi. Ia tidak bisa kembali ke kahyangan lagi karena aliran sungai deras tadi.
Orihime menangis sedih karena kehilangan suaminya, dia meratap dan memohon pada ayahandanya untuk dapat dipersatukan lagi dengan suaminya. Akhirnya ayah Orihime jatuh kasian dan mengizinkan Orihime bertemu Kengyu satu kali dalam setahun, yaitu pada malam tanggal 7 Juli. Orihime dan Kengyu kemudian menjelma menjadi bintang di langit, bintang Vega dan Altair. Setiap tanggal 7 Juli malam, kedua bintang ini akan bersinar dengan terang dan indahnya dan saling bertemu di gugusan bima sakti. Gugusan bima sakti ini adalah sungai yang diciptakan oleh ayah Orihime.

Itulah legenda asal-usul perayaan Tanabata di Jepang. Pada awalnya, masyarakat merayakan Tanabata untuk turut berdoa agar malam hari tersebut langit cerah sehingga Orihime dan Hikoboshi bisa bertemu.
Namun, seiring berjalannya waktu, tampaknya masyarakat lebih mementingkan kebiasaan pasangan kekasih yang menuliskan harapan-harapan mereka di atas secarik kertas berwarna warni dan menggantungkannya di batang pohon bambu dengan harapan doa mereka terkabul.
Penulisan dan penggantungan secarik kertas harapan ini berakhir ketika 'Obon Matsuri' (Festival Arwah) dimulai pada bulan Agustus. Pohon bambu yang sudah digantungi banyak kertas harapan, umumnya akan dilarung ke sungai sebagai perlambang kemalangan atau nasib buruk yang hanyut terbawa oleh air dan doa yang akan terkabul.
 
(NY dari berbagai sumber) 



Maneki neko - Kucing Pembawa Keberuntungan

maneki neko, kucing pembawa keberuntungan

Maneki neko adalah figur kucing "selamat datang"  yang dipercaya membawa keberuntungan & kesejahteraan. Maneki neko berasal dari Jepang, merupakan patung kucing yang dipercaya membawa keberuntungan bagi pemiliknya.
Patung ini menggambarkan kucing lokal dari jepang (Japanese Bobtail) dengan salah satu kaki depan terangkat, seolah olah melambai-lambai. Maneki neko biasanya dipajang di Toko, Restoran dan tempat usaha lain.
Figur kucing ini telah diproduksi menjadi berbagai alat & bentuk seperti gantungan kunci, celengan, pengharum ruangan, dll. Berbagai bahan juga dipergunakan. Dari yang paling purah seperti plastik, kayu dan kertas hingga yang mahal seperti jade atau giok. Berbagai bentuk, warna dan ornamen tambahan dipercaya mempunyai fungsi tertentu.
Kaki Depan
Kepercayaan mengenai kaki mana yang terangkat, berbeda-beda tergantung waktu dan tempat. Kepercayaan yang paling umum biasanya bila kaki kiri yang terangkat berfungsi untuk menarik pelanggan, sedangkan kaki kanan bertujuan menarik kemakmuran dan keberuntungan. Kadang-kadang  ada juga yang kedua kakinya terangkat. Ada juga yang menyatakan kaki kiri terangkat, cocok untuk bar/tempat minum sake, sedangkan kaki kanan cocok untuk toko.

 kaki kiri melambai

kaki kanan melambai

Dipercaya, semakin tinggi kaki terangkat, semakin besar juga keberuntungan atau kemakmuran yang akan datang.
Beberapa bentuk maneki neko dilengkapi dengan baterai atau sel tenaga surya agar dapat menggerakan kakinya ke depan-belakang, seolah melambai-lambai secara terus menerus.
Warna
Meskipun warna aslinya adalah putih, Maneki Neko dibuat dengan warna dan atribut yang berbeda. Setiap warna dipercaya mempunyai manfaat yang berbeda.
Tiga warna (Tricolor/Calico/Tortie & White): warna dasar putih dengan pola warana hitam dan oranye yang acak. Pola warna ini merupakan warna yang paling dikenal dan dipercaya dapat membawa keberuntungan. Kepercayaannini berhubungan dengan jarangnya pola warna ini muncul pada kucing japanese bobtail. Di Jepang warna ini disebut Mi-ke yang berarti tiga warna.

tiga warna
Putih: mengindikasikan kemurnian, kesucian dan merupakan warna paling populer kedua.

Hitam: dipercaya dapat menjaga kesehatan pemiliknya dan mencegah datangnya setan.

Merah: juga merupakan warna pelindung. Dipercaya dapat menghalangi datangnya sakit & arwah jahat.

Emas: berhubungan dengan kemakmuran.

Merah muda/Pink: meskipun bukan warna aslinya, warna ini cukup populer karena berhubungan dengan rasa cinta & kasih sayang.
Hijau: dipercaya dapat meningkatkan pencapaian akademik/karir.

Ornamen : kalung, lonceng & syal/scarf
Maneki Neko juga biasanya mempunyai beberapa tambahan ornamen di lehernya. Bisa berupa kalung lengkap dengan lonceng kecil atau bisa juga kain yang diikatkan di leher (scarf).
Yang paling populer adalah kalung berwarna merah yang terbuat dari hichirimen (bunga merah) lengkap dengan lonceng kecil. dekorasi ini adalah tiruan dari apa yang biasanya dipakai oleh kucing-kucing yang dipelihara oleh keluarga bangsawan pada zaman Edo.
Kain yang diikatkan dileher berhubungan dengan fungsinya sebagai pelindung. Dekorasi yang mirip juga terdapat pada patung Bodhistwa Jizo, pelindung yang sering ditemukan di gerbang kuil atau tempat pemakaman.
Maneki Neko kadang-kadang digambarkan sedang memegang koin yang disebut koban. Koban adalah uang yang dipakai pada zaman Edo. Figur patung ini dipercaya membaya keberuntungan dan kemakmuran, sehingga sering digunakan sebagai celengan.


celengan Maneki Neko


(oleh : drh. Neno WS)

Legenda Maneki Neko 

Banyak legenda Jepang yang mengisahkan asal Maneki Neko. Dari tujuh legenda yang banyak dikenal, ada tiga yang paling terkenal. Yaitu Legenda Kuil Goutokuji, Pramuria Usugumo dari Yoshiwara dan legenda wanita tua dari Imado.
Legenda Kuil Goutokuji

Kuil Goutokuji
Pada awal zaman Edo (abad ke-17) ada sebuah kuil yang terdapat di Setagaya, bagian barat Tokyo. Pendeta kuil tersebut memelihara seekor kucing bernama Tama. Pendeta tersebut sering berbicara dan kadang-kadang sedikit mengeluh kepada Tama mengenai kondisi kuilnya yang miskin." Tama, meskipun miskin aku memeliharamu di kuil ini, bisakah kamu melakukan sesuatu untuk kuil ini ?",harap sang pendeta pada Tama.
Suatu ketika, seorang penguasa dari daerah Hikone (bagian barat Tokyo), bernama Naotaka Li pulang berburu. Ia berteduh menghindari hujan di bawah pohon besar yang terdapat di depan gerbang kuil. Seekor kucing memberi isyarat mengundang naotaka untuk berteduh di genbang kuil. Tidak berapa lama setelah naotaka berteduh di gerbang kuil, pohon besar tersebut disambar petir. Nyawa Naotaka terselamatkan berkat Tama.
Setelah kejadian tersebut Naotaka Li dan keluarganya menunjuk kuil tersebut menjadi kuil keluarga dan merubah namanya menjadi  Goutokuji. Kuil tersebut menjadi makmur setelah didukung oleh keluarga Li. Tama dikuburkan di pekuburan kucing di kuil tersebut dan diciptakan patung kucing (Maneki Neko) untuk mengingatkan orang kepada Tama.
Legenda Usugumo dari Yhoshiwara

Pada zaman Edo banyak terdapat kota-kota kecil yang penuh berbagai macam hiburan gaya Jepang  yang disebut Yuukaku. Salah satu yang terkenal adalah Yoshiwara yang terdapat di bagian timur Tokyo.
Ada dua macam wanita yang bekerja di Yoshiwara. Yang terlatih secara profesional dalam hal musik dan menari disebut Geisha, lainnya adalah pramuria yang disebut Yuujo. Geisha kelas atas yang terlatih dalam berbagai kesenian disebut Tayuu.
Pada pertengahan zaman edo (abad ke-18) ada seorang Tayuu yang bernama Usugumo. Ia terkenal juga sebagai penyayang kucing. Kucingnya selalu berada disampingnya kemanapun ia pergi.
Suatu malam, ketika Usugume hendak memasuki toilet, kucingnya menari-narik bajunya dengan kasar. Meskipun diusir dengan susah payah, kucingnya tidakk mau berhenti mengganggunya. Karena ketakutan usugumo meminta bantuan pemilik rumah. Pemilik rumah tersbut datang dan menebas leher kucing tersebut dengan samurai, karena ditakutkan kucing tersebut adalah kucing setan.
Kepala kucing tersebut terbang ke langit-langit toilet, menggigit dan membunuh seekor ular besar yang sedang mengincar usugumo.
Usugumo sangat menyesal karena telah salah membunuh kucingnya. Untuk mengingatkan jasa-jasa kucingnya, salah seorang tamu menghadiahinya patung kucing yang terbuat dari kayu yang harum. Patung kucing inilah yang kemudian berkembang menjadi Maneki Neko.
Legenda Wanita Imado

Pada akhir zaman Edo (abad ke -19), ada seorang wanita tua yang hidup di Imado, Tokyo bagian timur. Karena keadaannya yang sangat miskin, ia tidak mampu lagi merawat kucingnya. Ia berkata pada kucingnya " Maaf aku terpaksa menelatarkanmu karena kemiskinan ini".
Malamnya kuicng tersebut hadir dalam mimpinya dan berkata "buatlah patung diriku dari tanah liat, patung tersebut akan membawa keberuntungan". Setelah jadi, patung tersebut dibeli orang, semakin banyak ia membuat patung, semakin banyak  orang yang membelinya. Patung kucing (Maneki neko) tersebut membebaskannya dari kemiskinan. (drh. Neno WS)

Japanese Bobtail 

Sejarah
Japanese Bobtail adalah salah satu ras kucing yang terbentuk secara alamiah. Sesuai namanya, ras kucing dengan ekor pendek (bobtail) ini berasal dari Jepang. Ras kucing ini telah ada selama beberapa abad. Kucing-kucing ini banyak disebutkan dan digambarkan dalam berbagai dokumen kuno yang berasal dari Jepang.

Berbagai cerita, legenda dan mitos berhubungan dengan ras ini. Salah satu wujud ras ini  yang terkenal adalah "Maneki Neko". Digambarkan sebagai kucing Japanese bobtail yang sedang duduk dengan salah satu kaki depan terangkat. Pose kucing ini sangat terkenal, merupakan perlambang "keberuntungan" dan "selamat datang". Patung kucing atau boneka dengan posisi tersebut, bahkan dengan tangan yang bergerak seolah melambai-lambai banyak ditemukan di toko-toko yang dimiliki oleh orang tionghoa.

Maneki neko
Maneki neko, kucing simbol keberuntungan
Moyang kucing bobtail, pertama dibawa ke Jepang dari Asia tenggara, sekitar 1000 tahun lalu. Disebutkan juga kucing-kucing tersebut digunakan oleh para petani & pembuat sutera dari jepang untuk menjaga pertanian mereka dari serangan hama tikus.
japanese bobtail
Ketertarikan orang terhadap kucing ini sebagai satu ras tersendiri, dimulai setelah perang dunia II. Orang-orang Amerika yang tinggal di Jepang banyak memelihara kucing bobtail ini sebagai hewan kesayangan dirumah mereka.
Sepasang kucing japanese bobtail yang tercatat resmi dalam program pengembangbiakkan pada tahun 1968, adalah kucing jantan warna putih bernama Richard dan betina tiga warna bernama Madame Butterfly.

Pada tahun 1971, Japanese Bobtail mendapat status provisi dari Cat Fanciers Association (CFA). Baru pada tahun 1976 bisa dikompetisikan dalam suatu cat show. Ras ini juga mempunyai versi bulu panjang (longhair). Versi longhair Japanese Bobtail baru mendapatkan persetujuan untuk Kompetisi dari CFA pada tahun 1993.
Japanese Bobtail
Japanese Bobtail, shorthair
Karakteristik
Japanese Bobtailadalah kucing berukuran medium, dan badan berotot. Ciri khas ras ini adalah ekornya yang pendek seperti ekor kelinci dan sudut-sudut wajah kaku serta tulang pipi menonjol. Telinga lebar, mata berbentuk oval dan hidung lurus.

Ekor kucing japanese bobtail berbeda dengan kucing manx yang sama sekali tidak mempunyai ekor. Ekor japanese bobtail ini bisa melingkar atau bengkok. Bisa fleksibel tapi ada juga yang kaku. Faktor genetik yang mempengaruhi ekor japanese bobtail berbeda dengan yang mempengaruhi ekor pada manx.
Para ahli menyatakan bobtail bersifat gen resesif. Artinya, bobtail hanya bisa dihasilkan dari perkawinan dua kucing bobtail.

Japanese Bobtail
Japanese Bobtail, longhair
Temperamen
Japanese bobtail termasuk kucing yang aktif dan cerdas. Kucing ini sangat suka berada disekitar pemiliknya dan mudah beradaptasi dengan anak-anak atau hewan lain.
Ras ini juga mempunyai versi bulu panjang (semi longhair). Baik bulu pendek atau panjang mempunyai tekstur yang halus dan tidak memerlukan penyisiran setiap hari. Kucing ini juga mempunyai warna dan pola warna yang bermacam-macam. Yang cukup sering ditemui adalah tiga warna (tri-color). Warna ini  dipercaya merupakan warna keberuntungan. (drh. Neno WS)
Japanese Bobtail
Japanese bobtail, shorthair
japanese bobtail
Japanese bobtail, longhair

Menyambut Tahun Baru di Jepang

Setiap negara tentu memiliki cara tersendiri untuk menyambut dan merayakan Tahun Baru. Di Jepang, kegiatan menyambut tahun baru sudah dimulai sejak dua atau tiga minggu sebelum pergantian tahun dengan osouji atau pembersihan, pemasangan kazara atau hiasan, menyiapkan makanan khas tahun baru 'oshechi ryori', berkirim 'nengajou' atau surat ucapan tahun baru dan beberapa ritual religius . Di daerah Kanto, hari persiapan tahun baru yang disebut o-koto hajime (お事始め, awal kegiatan) jatuh pada 8 Desember, sedangkan di daerah Kansai pada 13 Desember. Mereka memiliki beberapa kebiasaan dan tradisi yang masih dilakukan sampai sekarang. Selain itu masyarakat Jepang masih memegang tradisi lama dan menggabungkannya dengan aktivitas modern dalam merayakan tahun baru.
Kali ini, akan dijabarkan kegiatan seperti apa saja yang dilakukan oleh masyarakat Jepang dalam menyambut dan merayakan tahun baru. Kita mulai dengan kegiatan sebelum perayaan tahun baru.
Doa pergantian tahun

Lho? Kok berdoa, bukannya pesta ? Ya, inilah perayaan unik  tahun baru ala Jepang. Jadi jangan harap menemukan kemeriahan pesta kembang api, kemacetan jalan, suara klakson dan terompet. Suasana jalan terlihat sepi dan biasa biasa saja namun justru area sekitar kuil-lah yang luar biasa karena penuh dengan kerumunan orang yang menyemut. Bahkan sekedar untuk bisa masuk melewati gerbang utamapun sepertinya bukan perjuangan yang mudah karena harus melewati antrean yang sangat panjang bahkan sampai jauh ke jalan raya. Sedikit catatan, bulan desember adalah musim dingin di Jepang, jadi bisa dibayangkan berdiri di luar rumah di tengah dinginnya malam selama berjam-jam tentu bukan aktivitas yang menyenangkan.
Umumnya jadwal kereta api di Jepang akan berakhir tengah malam namun khusus untuk tahun baru, semua kereta bawah tanah pusat kota dan kereta biasa untuk jalur tertentu akan dibuka nonstop 24 jam. Jadi  khusus untuk tahun baru, siapaun bisa melewati tahun baru dengan nyaman tanpa ada rasa khawatir ketinggalan kereta saat pulang.
Tepat tengah malam, saat hitungan mundur mulai menyentuh angka nol, kerumunan orang di halaman utama secara serentak melempar kepingan uang logam ke arah altar utama dan tangan dicakupkan di dada dan doa yang tidak lebih dari 5 detik itupun selesai.  Antrean di luar kuil yang tadinya tertahan mulai bisa bergerak dan secara perlahan lahan mulai memasuki altar utama untuk berdoa. Suasana menjadi lebih tertib dan ritual melempar uang koin sebelum memanjatkan doa menjadi lebih terarah dan tidak sampai mengenai kepala orang seperti kejadian sebelumnya.


Ritual Pembersihan:

1.Oharai
Oharai yang ditujukan untuk mengusir kekuatan jahat dipimpin oleh pendeta Shinto. Dilakukan dengan cara melambaikanbatang pohon sakaki yang dipercaya memiliki kekuatan untuk mengusir kekuatan jahat.
2. Misogi
Disebut juga dengan ritual kessai, yaitu pembersihan diri yang dilakukan dengan air. Ritual ini biasanya dilakukan dengan cara mandi di sungai, di laut, dan di bawah air terjun.
3. Imi
Imi sangat berbeda dengan oharai dan misogi. Imi merupakan pembersihan yang dilakukan secara tidak nyata.

大掃除 ‘Oosouji"


Acara bersih-bersih di akhir tahun ini sedikit berbeda dengan bersih-bersih harian karena bersifat total dan besar-besaran. Kegiatan ini juga biasanya melibatkan hampir semua anggota keluarga. Semua sudut dan pojok rumah yang biasanya tidak tersentuh sapu atau lap sama sekali pada hari tersebut mulai mendapat bagian. Semua isi lemari dibongkar dan disusun ulang. Bukan cuma itu, kulkas, mesin cuci dan benda berat lainya digeser dan dibersihkan terutama bagian belakang dan bawah. Menyisakan debu dan kekotoran lain pada tahun berikutnya dipercaya akan mendatangkan pengaruh buruk pada diri atau keluarga.
Tentu saja, aktivitas ini bisa dibilang sangat melelahkan dan tidak jarang bisa berlangsung selama beberapa hari terutama bagi mereka yang mempunyai rumah cukup luas. Bagi keluarga yang anggotanya berusia lanjut tentu akan menjadi masalah besar. Biasanya anak atau keluarga lain akan ikut membantu, namun tidak jarang karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan banyak keluarga yang lebih senang memakai jasa pembersih rumah.
Sedangkan khusus untuk lingkungan kuil, aktivitas bersih bersih ini dianggap sebagai bagian dari upacara ritual.

Bonenkai
Bonenkai adalah salah satu tradisi ataupun kebiasaan yang diadakan beberapa perusahaan ataupun perkumpulan organisasi di Jepang yang diadakan di sekitar akhir Desember, menjelang tutup buku tahunan. Arti secara terminologi dilihat dari kanji yang tertulis,“Bonenkai (忘年会)”memiliki makna: Pesta untuk melupakan tahun (lama).
Untuk mensukseskan acara bonenkai ini, biasanya satu orang akan ditunjuk menjadi‘Kanji (幹事)’yang bertugas menjadi koordinator; Mengkoordinasi acara, melakukan pemesanan tempat dan menghubungi orang-orang yang akan berpartisipasi dalam acara tersebut. Biasanya, jauh-jauh hari, beberapa restauran ataupun hotel sudah penuh terpesan oleh beberapa group yang ingin merayakan bonenkai. Acara ini diawali dengan ‘Kanpai’ (minum bersama) yang kemudian dilanjutkan dengan makan-makan, berkaraoke, atau minum-minum sampai mabuk hingga larut malam. Berusaha melupakan beberapa hal yang tidak menyenangkan selama menjalani kerja satu tahun.


飾り ‘Kazari
Hiasan Tahun Baru
1. Shimenawa
Shimenawa merupakan hiasan tahun baru yang pertama kali diciptakan di Jepang sekitar abad 12 yang dibuat dari dua buah untaian jerami yang dililitkan.
Hal ini memiliki makna suatu pemisahan hal baik dari hal yang buruk. Shimenawa yang dipasang dalam perayaan Ōshōgatsu dijadikan sebagai simbol pengusir kekuatan jahat atau jimat untuk penolak bala. Tujuannya supaya setiap orang mendapatkan keselamatan dan perayaan Ōshōgatsu dapat berjalan dengan lancar.
2. Kadomatsu
Kadomatsu berasal dari kata kado berarti pintu masuk dan matsu berarti pohon pinus. Orang Jepang percaya bahwa arwah leluhur pada saat tahun baru akan kembali ke rumah yang dulu mereka tinggali dalam bentuk Toshigami (dewa tahun baru) dan mereka akan bersemayam dalam kadomatsu selama perayaan Ōshōgatsu. Setiap bahan yang digunakan untuk membuat kadomatsu memiliki makna yang berbeda. Pohon pinus yang selalu hijau dianggap sebagai lambang hidup yang panjang. Pohon bambu yang tumbuh meruncing ke atas melambangkan suatu kekuatan dan kesabaran. Pohon prem yang bisa tetap tumbuh pada cuaca yang dingin melambangkan panjang umur dan kemakmuran.
3. Kagami mochi
Kagami mochi adalah hiasan Ōshōgatsu yang terdiri dari tumpukan dua buah mochi berbentuk bulat pipih yang melambangkan tahun lama dan tahun baru, yang diletakkan pada sebuah nampan kayu. Di atas tumpukan mochi biasanya diberi hiasan jeruk.
4. Kirigami
Dalam perayaan Ōshōgatsu, kirigami dijadikan sebagai tempat tinggal para dewa. Kirigami terdiri dari berbagai bentuk dan tiap-tiap bentuk ditempati oleh dewa yang berbeda. Sebagai contoh,
bentuk gohei yaitu guntingan atau lipatan berbentuk zigzag yang diselipkan pada celah tongkat bambu. Bentuk ini dipercaya sebagai tempat tinggal Toshigami. Selain itu ada kirigami yang berbentuk ikan dan kura-kura yang dijadikan sebagai tempat tinggal dewa keberuntungan yaitu Ebisu dan Daikoku. Ebisu dan Daikoku adalah dewa laut yang dipercaya akan memberikan berkah kepada para nelayan berupa hasil laut yang berlimpah pada saat Ōshōgatsu.
5. Miki no kuchi
Miki no kuchi merupakan salah satu jenis hiasan tahun baru yang terbuat dari bahan kertas, bambu, dan tatal kayu. Dirangkai menjadi sebuah bentuk hiasan kemudian diletakkan ke dalam botol yang berisi sake (minuman tradisional Jepang yang mengandung alkohol dibuat dari bahan beras).
Beras dipercaya sebagai lambang kesuburan yang sangat disukai oleh para dewa dan sake dianggap sebagai minuman suci yang digunakan untuk persembahan para dewa. Oleh karena itu, miki no kuchi dalam perayaan Ōshōgatsu dijadikan sebagai lambang minuman yang digunakan untuk menyambut kedatangan para dewa.
Menurut orang Jepang, hiasan Ōshōgatsu harus dipasang pada hari yang baik. Hiasan tahun baru tidak boleh dipasang pada tanggal 29 Desember. Orang Jepang menganggap angka 29 sebagai angka yang tabu, karena jika dilafalkan.
dalam bahasa Jepang angka 29 berbunyi nijūku (二十九) sementara, nijūku juga memiliki arti yang berbeda yaitu kesengsaraan yang berlipat dua jika ditulis denganKanji 二重苦.
Biasanya awal pemasangan hiasan pada tanggal 27, 28, dan 30. Sementara pada tanggal 31 Desember tidak diperbolehkan memulai pemasangan hiasan. Hal ini dikarenakan ada kepercayaan bahwaToshigami akan marah jika hiasan dipasang pada saat satu hari sebelum Tahun Baru. Hiasan-hiasan Ōshōgatsu tersebut dipasang hingga tanggal 7 Januari.

おせち料理 ‘Osechi Ryouri
Masakan Khas Tahun Baru

Makanan tahun baru ditata rapi di dalam kotak kayu bersusun yang disebut jūbako 重箱 . Pada umumnya hanya lauk yang ditata di dalam kotak kayu bersusun yang bisa disebut masakan osechi.
Kotak kayu bersusun untuk masakan osechi dipercaya sebagai perlambang keberuntungan yang berlipat.
Secara tradisional, Osechi terdiri dari:
O-toso (お屠蘇): sake untuk kesehatan yang diminum di pagi hari awal tahun
Iwaizakana (祝い肴): tiga macam makanan untuk teman minum sake

Zōni: sup berisi mochi dimasak
menggunakan kaldu dan sayuran.
Dengan memakan ozoni pada saat
perayaan tahun baru dipercaya akan
mendapatkan keberuntungan.
Nishime: sayur-sayuran dimasak dengan kuah dashi, kecap asin, dan mirin (gula pasir).


Ragam masakaninti:
1. Tatsukuri, Tazukuri (田作り, pembuat padi)
Sejenis ikan teri yang disebut gomame digongseng dengan bumbu kecap asin dan mirin. Masakan ini merupakan perlambang hasil panen yang melimpah, karena di zaman dulu ikan ini digunakan sebagai pupuk berkualitas tinggi.
2. Kazunoko (数の子)
Telur ikan berwarna kuning yang digunakan sebagai harapan dikaruniai banyak anak di tahun yang baru.
3. Kuromame (黒豆)
Kacang berwarna hitam yang dipercaya bisa menangkal roh jahat. Selain itu, mame dalam bahasa Jepang bisa berarti "bekerja sekuat tenaga" dan "kesehatan", dan dimakan sebagai harapan agar sehat sepanjang tahun.
5. Tataki-gobō (たたき牛蒡)
Akar gobo yang berwarna hitam terlihat seperti burung dalam mitologi yang terbang ketika ada panen yang berlimpah.

Makanan pelengkap
1. Datemaki
Datemaki adalah telur dadar yang digulung bagaikan kitab sutra, sehingga dimakan sebagai perlambang kebijakan dan pengetahuan.


2. Kurikinton
Makanan ini terlihat mewah dan nama makanan ini dalam bahasa Jepang berarti gumpalan emas (kinton) dari buah kastanye (kuri) yang melambangkan kejayaan.

3. Kombumaki
Kombu masak nimono digunakan sebagai makanan tahun baru karena kombu terdengar mirip kata yorokubu (kegembiraan).

4. Kamaboko
Makanan olahan dari ikan surimiyang dihaluskan kemudian dikukus.
Berwarna putih dengan sedikit warna merah di bagian pinggir, dipakai untuk melambangkan beras merah dan beras putih.

5. Otafuku-mame
Kacang pembawa keberuntungan dengan rasa manis.
Acar:
•Acar sayur-sayuran
berwarna merah
dan putih
•Acar lobak •Acar umbi seroja

Makanan panggang:
•Ikan sunglir (buri) bakar
Orang Jepang menyebut ikan ini dengan nama yang berbeda-beda sesuai dengan usia ikan. Ikan yang berhasil menjadi dewasa disebut buri, sehingga dipakai sebagai simbol keberhasilan dan sukses.
•Ikan kakap bakar
Ikan kakap merupakan salah satu ikan persembahan untuk dewa, sekaligus nama ikan ini dalam bahasa Jepang terdengar mirip kata "medetai" (kegembiraan).
Udang bakar- Sungut udang yang panjang dan
melengkung dipakai sebagai perlambang orang yang sudah
tua, sehingga dimakan sebagai harapan bisa berumur panjang.
Belut unagi panggang
Belut unagi adalah ikan yang pandai memanjat sehingga digunakan untuk mendoakan keberhasilan yang cepat.

Kotak kayu untuk Osechi
Secara tradisional kotak kayu (jūbako) untuk masakan Osechi terdiri dari 5 susun, walaupun kotak bersusun tiga juga lazim dijumpai sekarang.
Kotak kayu dihitung dari atas dan diberi nama: ichi no jū, ni no jū, san no jū, yō no jū, dan go no jū, yang berarti tumpukan kotak nomor 1 hingga nomor 5.
Kotak nomor 4 tidak disebut shi no jū, karena angka 4 (shi) terdengar sama dengan "shi" yang berarti "mati". Berdasarkan alasan yang sama, kotak nomor 4 pada kotak bersusun empat disebut yo no jū.
お正月 'Oshougatsu' atau Tahun Baru bagi orang Jepang bukan hanya sekedar proses pergantian tahun semata, tetapi juga berarti datangnya era dan semangat baru.
akemashite omedetou= selamat tahum baru.
sampai jumpa dicoretan berikutnya.




Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Popular Posts

About Me